Di sebuah kota yang dikelilingi bukit-bukit batu dan gurun yang sunyi, lahirlah seorang bayi yang kelak akan menerangi dunia dengan cahaya kasih dan kebenaran. Kota itu adalah Makkah, rumah bagi Ka‘bah, pusat peribadatan sejak zaman Nabi Ibrahim. Tahun itu dikenal sebagai ‘Āmul Fīl—Tahun Gajah—karena peristiwa besar yang mendahului kelahirannya.
Seorang penguasa Yaman, Abrahah, datang dengan pasukan bergajah untuk menghancurkan Ka‘bah. Dengan kesombongan, ia mengira kekuatan pasukannya dapat menundukkan rumah suci. Tetapi Allah menjaga Ka‘bah dengan cara yang menakjubkan. Burung-burung kecil datang membawa batu dari sijjil, menjatuhkannya ke atas pasukan hingga mereka binasa. Tanah Makkah tetap aman, dan peristiwa itu menjadi tanda bahwa Allah sedang menyiapkan panggung besar untuk kelahiran seorang Nabi akhir zaman.
![]() |
Kisah Kelahiran Baginda Nabi Muhammad ﷺ |
Bayi Yatim yang Dinanti Alam
Beberapa bulan setelah itu, lahirlah seorang bayi dari rahim Aminah binti Wahab. Namun bayi ini berbeda dengan kebanyakan anak lain, sebab ia lahir tanpa ayah. Abdullah, ayah beliau, wafat ketika Aminah masih mengandung. Maka ketika Baginda Nabi Muhammad ﷺ lahir, dunia menyambutnya dengan rasa haru: seorang bayi yatim yang kelak akan menggendong umat manusia keluar dari kegelapan menuju cahaya.
Kehilangan ayah sejak dalam kandungan seolah menjadi takdir bahwa perjalanan hidupnya akan ditempa dengan kesabaran sejak mula. Namun, sejak awal pula Allah menurunkan kasih-Nya dengan cara yang halus.
Tanda-Tanda Ajaib Kelahiran
Kitab-kitab Sirah meriwayatkan tanda-tanda luar biasa yang menyertai malam kelahiran Baginda Nabi Muhammad ﷺ:
-
Cahaya keluar dari rahim Aminah, menyinari hingga ke negeri Syam, seakan bumi diberi kabar gembira bahwa cahaya kebenaran telah lahir.
-
Api kaum Majusi di Persia, yang menyala ribuan tahun, padam seketika—tanda bahwa kesesatan akan sirna.
-
Istana Kisra di Persia terguncang, empat belas balkonnya runtuh, isyarat bahwa kekuasaan zalim akan hancur.
-
Danau Sawa mengering, seolah bumi menolak disembah selain Allah.
Malam itu bukan malam biasa. Langit, bumi, bahkan sejarah, bergetar menyambut kelahiran sang kekasih Allah.
Nama yang Belum Pernah Dikenal
Kakeknya, Abdul Muthalib, menyambut cucunya dengan rasa syukur. Ia membawa bayi mungil itu ke Ka‘bah, memanjatkan doa, lalu memberinya nama yang asing di telinga Quraisy: Muhammad, yang berarti “yang terpuji.”
Saat ditanya mengapa memilih nama itu, Abdul Muthalib menjawab dengan penuh firasat:
“Aku ingin cucuku ini dipuji di langit dan di bumi.”
Seakan Allah telah menanamkan isyarat bahwa bayi ini akan menjadi manusia paling terpuji sepanjang masa, teladan yang tidak pernah usang dimakan zaman.
Berkah di Rumah Halimah
Mengikuti tradisi Quraisy, bayi Muhammad diserahkan untuk disusukan di pedesaan agar tumbuh kuat dan fasih berbahasa. Allah menakdirkan beliau dalam asuhan Halimah as-Sa‘diyah. Sejak Baginda Nabi Muhammad ﷺ berada di rumahnya, keberkahan turun: ternak mereka gemuk, susu berlimpah, dan kehidupan Halimah yang sebelumnya sempit berubah menjadi lapang.
Halimah mencintai beliau lebih dari anak kandung sendiri. Muhammad kecil tumbuh di pedesaan dengan tubuh sehat, hati yang jernih, dan lidah yang fasih.
Makna Kelahiran
Kelahiran Baginda Nabi Muhammad ﷺ bukan sekadar lahirnya seorang bayi di Makkah, melainkan titik awal perubahan besar dunia. Malam itu seolah bumi berbisik: “Telah lahir rahmat bagi semesta alam.”
Beliau lahir sebagai yatim, namun justru diangkat Allah sebagai pemimpin. Beliau tumbuh dari kesederhanaan, namun membawa pesan yang menggetarkan kerajaan-kerajaan besar. Beliau bukan hanya anak dari Aminah, cucu Abdul Muthalib, melainkan cahaya terakhir dari deretan para Nabi—penutup risalah, rahmat bagi seluruh alam.
Kelahiran Baginda Nabi Muhammad ﷺ adalah kelahiran harapan.
Dari seorang bayi yatim di Tahun Gajah, lahirlah manusia paling mulia yang membawa Islam sebagai cahaya yang menembus zaman, menyinari hati hingga hari ini.
0 Comments